Kaya - Jurnal Perpisahan




Bingung harus mulai darimana. 
Tapi apa salahnya menulis ria? toh, kamu juga menikmatinya, 
kan?



Bissmillahirrahmanirrahim,
Surat ini teruntuk diriku, dirimu , dan kalian yang sedang melihatnya kembali di tahun 2027.
Kono Tegami, namaewa.. “Bani Dinero”.


Kenalkan, Namaku Dhiya Tsaltsa Muharram. Engkau tak perlu tahu banyak tentang diriku, biarkan tulisan-tulisan ini yang menjelaskan, seberapa besar rasa kanyaah ini untuk mereka.

 Bani Dinero, Keluarga yang Kaya..

Tiga tahun adalah waktu yang tak sebentar ketika dibayangkan, tapi terasa cepat ketika dijalankan.
Satu pertiga darinya,
Aku habiskan untuk beradaptasi.
Satu pertiga darinya,
Aku habiskan untuk berorganisasi,
Satu pertiga darinya,
Aku manfaatkan agar bisa saling menghidupi dalam harmoni.

Bani Dinero, Keluarga yang Kaya…

Ingatkah kalian..
Kelas ini adalah kelas yang paling sering tertinggal!
pemilihan ketua kelas,
peresmian nama kelas,
bahkan pembuatan Jersey pun kita selalu menjadi yang paling ketinggalan!

Masalahnya,
Masa akhir SMA sudah kian mendekat,
titel Pelajar Tingkat Akhir kian melekat erat,
tugas dan ujian yang bejibun menambah berat
beban di kedua pundak ini.

Genap duabelas tahun sudah aku bersekolah.Aku bertemu banyak orang dengan berbagai kepribadian,Berganti kelas,Berganti pula sifat laras.








Bani Dinero, Keluarga yang Kaya….

Sempat terbesit, inikah sepertiga akhir kehidupanku di SMA? Monochromesekali! Kelas macam apa ini? Hanya jiwa-jiwa kosong yang hinggap di dalamnya. Bak bunga berkuncup, Sebahagian dari kita hanya sibuk dengan dunianya sendiri.
Hadir hanya sekedar hinggap,
Tinggal sebentar lalu hilang entah kemana.
Bertatap hanya mengedepankan eksistensi dan rasa gengsi.
Tak lain hanya sekadar “Keberadaan yang seperti angin.”
Lalu mau jadi apa bunga ini, hah?







Bani Dinero, Keluarga yang Kaya Akan Pikiran dan Hatinya.

Sampai suatu ketika, anggapan buruk ini adalah suatu kesalahan.
Beberapa bulan berselang, bunga berkuncup ini mulai dihinggapi oleh seekor lebah.
Dikisahkan, seekor lebah ini mencoba mengetuk bunga ini agar bisa terbuka.
Padahal, sudah banyak lebah yang mencoba mengetuk bunga ini, berharap di dalamnya terdapat nektar atau sari-sari makanan yang manis. Tapi huek! membuka diri saja mereka tak mau! Mungkin itulah yang terdapat dipikiran mereka. Benar-benar bunga yang tak tahu diri!
Tapi dengan sabarnya, seekor lebah ini terus mengetuk bunga berkuncup itu tanpa henti. Teriknya matahari, Derasnya hujan, bahkan Dinginnya salju tak ia pedulikan. Tahu kenapa? Karena yang ia harapkan dari bunga yang berkuncup ini bukanlah nektar, bukanlah sari-sari makanan yang manis, juga bukanlah getah yang ia produksi. Tapi satu hal yang ia inginkan..
Ia ingin, bunga ini mekar mewarnai penjuru alam semesta.
Sungguh, mulia sekali harapan lebah itu.
Hari demi hari, bunga ini mulai mekar seiring ketukan lebah yang berirama dan bernada. Apa yang ia lakukan tetaplah sama hingga ujung akhir hayatnya. Walau lebah ini telah berumur cukup tua, tapi semangat dan keyakinan akan terkabulnya harapan itu terus menyala-nyala.
Tahu siapa yang memerankan lebah itu? Silahkan terka sendiri (:






 Bani Dinero, Keluarga yang Kaya Akan Pikiran dan Hatinya.

Lupakan sejenak bunga berkuncup.
Setelah sesaat hidup dalam penyesalan,
Masih ada sisa-sisa asa di antara kita.
Jadi, untuk apa terjerumus kedalam jurang yang sama?
Ah..  andaikan pula kita memenangkan kompetisi bola itu dulu, mungkin kita tak akan seerat ini. 
Ah.. sepertinya Aku mulai menyukai senja. Karena ketahuilah! Senja memersatukan kita. Senja menyatukan bayangan kita menjadi satu. Walau jalan pulang kita berbeda, tapi setidaknya kita tak lupa kemana harus bertatap muka keesokan harinya.  (:
Ah.. belakangan ini, kita bisa saja mengosongkan kelas agar bisa pulang ke rumah, tapi setelah dipikir-pikir.. untuk apa kembali bila memang ingin memanfaatkan waktu luang bersama teman – yang telah kita anggap keluarga? Ingatkah keputusan kita untuk menyematkan nama Bani Dinero dalam setiap laga kita?.
Pada akhirnya, belum beberapa jam kita berpisah. Ratusan pesan tumpah ruah di notifikasi milik handphone kita. Padahal, besok kita akan bertatap muka kembali. Tapi mengapa? inikah yang disebut rindu?  bersembunyi di balik batu kala ramai dan menerkam kala kesepian. 
Tapi, akankah ini terus berlanjut?
Meski kita bertukar ribuan pesan setiap harinya,
akankah hati kita mendekat satu cm pun bersama?






Bani Dinero, Keluarga yang Kaya Akan Pikiran dan Hatinya.

Biarkan aku mengutip kata mereka.

Jalan hidup memang tak semulus rencana. Apa yang kita harapkan terkadang selalu jauh dari realita. Ternyata Allah mempunyai rencana lain yang tak terduga. Tak selamanya usaha kita berbuah manis, terkadang kita harus merasakan jatuh dan meringis.









Bukan mengejar ketertinggalan namanya.Tapi lebih tepatnya adalah berperan untuk mengejar impian.Semangat Sahabatku! Kita Pasti Bisa!Selamat Bertemu di Puncak Kesuksesan.Kembalilah lagi dengan senyuman yang kau berikan.Layaknya dulu ketika kita awal mula bertemu.Dalam satu padu.







Alhamdulillah. 12:29 AM 
(3/5/2017)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.