Edelweiss - Jurnal Perpisahan
Mengingat Sembilan Hari Berpisah dengan Kalian
“There will be a day, when you wish highschool will never end.” - Yuna K.
Salah satu hal yang ingin disesali adalah..
tidak sering menyempatkan diri untuk merenung bersandar di samping jendela (Walau sejatinya jendelanya ketinggian :v).
Kala merenung..
seakan-akan qalbu menggebu, pikiran tak karuan, semuanya semu dan tabu. Seakan-akan duduk sendiri di teriknya padang gurun gobi. Hanya fatamorgana-lah yang menjadi santapan tiap hari. Lecet luka akibat tingginya suhu mungkin takkan terasa. Yang terasa hanyalah keinginan untuk kembali ke caravan. Satu-satunya alasan pulang karena di sana terdapat tempat yang nyaman untuk ditinggali, dan terasa asing bila ditinggalkan. Tak apa bila tak ada makanan. Mungkin kelak kamu akan menemukannya di perhentian selanjutnya. Toh, setidaknya kamu akan mendengar derapan langkah kaki unta yang tersesat. Santap saja itu! Tak apa bila tak ada minuman, biarlah air liur ini kembali ku telan. Tak apa bila aku harus selalu terbangun setiap malam. Karena lama waktu tidur tidak tentu dapat mendefinisikan mimpi yang gamang-gamang.
“Merakit wasilah carya tidaklah mudah. Perlu marsudi kepati-pati. Karena mupakara juga melibatkan locita, maka sudah seyogianya wiraha sampaka dengan karuna.”
Mengenang sembilan hari berpisah dengan kalian, semakin kusadari bahwa memang takdir Allah sangatlah indah. 14 Juli 2014, toga berbahan kertas menjadi pelampiasan kekesalan kita atas segala tetek-bengek perintah mereka. Lalu seribu tiga puluh empat hari kemudian, kita berdiri tegap dengan toga kain yang tergenggam mantap. Tepat 13 Mei 2017, akhirnya kita menyadari bahwa apa yang kita perjuangkan selama tiga tahun hanyalah akan menjadi kenangan. Kenangan yang akan mengingatkan kita kelak bahwa kita memiliki ikatan persaudaraan yang tak ternilai harganya.
Maka Ikhwah Fillah…
adakah kata yang lebih baik daripada bersyukur?
Bagai bunga Edelweiss yang tak lekang waktu, semoga kenangan kita juga selalu tersimpan rapi bersama bumi yang kita dulu sama-sama pijaki. Kemanapun kelak bunga ini mengabdi pada para pendaki, ingatlah agar selalu tebar senyuman, kawan! Ingatlah! Kalian adalah bunga abadi! Tanpa perantara apapun, kenangan akan selalu bersemayam bersama kita.
Ikhwah Fillah,
Lupa dan campakkanlah!
Maka Bunga Edelweiss tersebut akan layu dengan sendirinya.
Alhamdulillahi ‘ala ni’matil ukhuwah 😊
Btw, kangen encore bareng nax banero euy hehe
Tidak ada komentar: