Perjalanan Meraih Asa - Jurnal
Perjalanan Meraih Asa
Di Jalan yang Seharusnya.
Di Jalan yang Seharusnya.
Bahwa ini tentang pengorbanan, kawan.
Lebah itu mengajarkan kami,
bahwa kita harus berkorban mengorbankan rasa nyaman kita.
Aku menjelaskan kepada mereka dengan cara Soiichiro Honda,
Kuceritakan pada mereka, bahwa mereka hanyalah melihat 1% kesuksesanku. Ya. Merupakan rezeki amat besar yang Allah berikan pada hamba ini agar bisa menaklukkan 3 perguruan tinggi sekaligus melalui jalur tulis. Tapi tidakkah kalian lihat, bahwa 99% yang kualami merupakan sebuah kegagalan?
Tidak diterima melalui jalur undangan, ego-ku terlalu besar waktu itu untuk bisa menjadi bagian dari mahasiswa sipil sebuah institut ternama di negeri ini. Sambil mendaftar, kucoba pula jalur yang lain, dengan harap Aku bisa menjadi seorang ‘metallist’ ternama dari kampus yang terletak di Salemba itu.
Tiga tahun yang telah aku habiskan di sekolah fullday itu, dengan ranking paralel yang cukup stabil, belasan penghargaan tingkat lokal hingga internasional, bahkan pernah diamanahi untuk memimpin organisasi sekolah dan organisasi keagamaan tingkat kota, tetap saja tak dapat menjadi bukti yang cukup kuat agar Aku bisa diterima menjadi bagian dari mereka.
Tamparan keras mendarat dengan tepat. Teman dekatku menghibur, kelak pasti Allah akan memberi yang terbaik. Malah seharusnya Aku bersyukur, mungkin diantara nilai rapot yang tinggi-tinggi itu, sempat Aku raih dengan cara yang kotor. “Allah menyelamatkanmu lebih dulu.” ungkapnya.
Sebenarnya, dua hari sebelum pengumuman SNMPTN itu, Aku sedang berlibur di luar kota bersama teman-teman kelas selama 3 hari. Namun di malam ke 2, dua temanku menelpon dari kota. Katanya besok lusa adalah hari tes tulis dan wawancara di Surabaya. (Kebetulan Aku saat itu sedang mendaftar di politeknik perkapalan yang ada di kota pahlawan saat itu).
Waduh! bingung tujuh keliling, ikon burung biru dari social media itu serasa berputar-putar di atas kepalaku. Aku telfon orang tua dan guru juga. Berniat meminta nasihat serta restu. Mengingat, hanya tersisa beberapa jam sebelum bis arah ke kota-ku berangkat. Akhirnya setlah berbincang-bincang dengan teman-teman yang lain, Aku jadi berangkat pulang lebih dulu, saat itu kondisi dinihari. Aku korbankan hari terakhir liburanku bersama teman sebelum berpisah menimba ilmu di tanah perantauan kelak. Bahkan, Aku membeli tiket kereta dan langsung menaikinya tepat dua jam setelah Aku sampai di rumah.
Hari itu adalah pengumuman SNMPTN. Tepat ketika Aku sedang menaiki kereta. Bingung lagi. Ingin segera dibuka karena penasaran, tapi tak ingin pula melihat teks merah tanda tidak lulus. Takutnya, akan menganggu mental tes ku besok.
Nah ini, kalau rasa sedih bisa diolah, maka nama bumbu micinnya itu ‘banget’. Terlintas, kalau tidak diterima disini, nanti mau gimana?gimana kalau tes tulis ga diterima juga? gimana, gimana, gimana?
Eh, malah kepikiran sebaliknya. Awalnya mikir bakal ganggu tes esok hari, tapi malah bikin semangat 100x lipat. Anggap seolah-olah tes ini adalah tes terakhir! gimana caranya, harus bisa ngelakuin yang terbaik! waktu itu semangatku mirip bangsa Saiyan. Semakin terluka, maka semakin bangkit pula kekuatannya (elah)..
Tes tulisnya Alhamdulillah lancar, soal-soal TPA yang agak mirip seperti soal TPA Kedinasan yang pesertanya tiap taun hampir ratusan ribu itu (Aku juga sambil daftar PT Kedinasan saat itu dan telah mengikuti tes tahap satu) Tes wawancara juga Alhamdulillah lancar. Semoga, diberikan hasil yang terbaik.,
Sedikit bercerita, Aku submit pendaftaran PT Kedinasan itu H-1. Agak deg-degan. Di website portalnya tertulis hampir 160 ribu lebih daftar di PT Kedinasan yang aku ikuti itu. Tapi karena dorongan yang kuat dari orangtua, akhirnya Aku mendaftarkan diri dengan pilihan prodi ditentukan oleh orangtuaku (bahkan ortuku belum terlalu tahu saat itu mengenai jurusan yang aku pilih). Hehe.
Terlebih, setelah pengumuman SNMPTN itu, Aku bersegera mendaftarkan diri untuk ikut SBMPTN, dengan pilihan pertama dan kedua yang sudah mantap. Namun Aku masih bingung dengan pilihan ke 3. Setelah sembahyang, Aku bermimpi bahwa muncul nama kampus yang ada di Jatinangor saat itu. Esok harinya, Aku isi pilihan ke 3 sesuai apa yang Aku impikan semalam.
Belum selang satu minggu setelah tes di Surabaya itu, Aku dinyatakan diterima. Bahkan saat itu, Aku satu-satunya yang lolos dari provinsi asalku. Alhamdulillah..
Tinggal mengirim bukti kesehatan saja saat itu. Bissmillah..
Dan belum berselang lama pula, diumumkan bahwa Aku merupakan salah satu orang dari 20 ribu peserta yang lolos tahap satu. Alhamdulillah..
Masih ada dua tahap lagi; TKK dan TKD. Bissmillah..
Saat itu, Aku kebagian jadwal tes fisik tepat saat hari wisuda. Sedih memang, tapi mungkin Allah akan ganti dengan yang lebih baik. Aku bahkan rela mengantri lebih subuh demi mendapatkan kloter awal lari saat itu. Dan benar saja, Aku mendapatkan nomer 5 waktu itu.Tes selesai pukul setengah delapan. Dari sana, Aku balik pulang kembali ke kota asalku hanya demi ingin mengikuti Wisuda. Perjalanan menghabiskan tiga jam. Dan Alhamdulillah, Aku masih sempat mengikuti rangkaian acara wisuda, walau di saat-saat terakhir. Kan? RencanaNya sungguh Indah =)
Selang empat hari kemudian, Aku kembali lagi ke kota besar itu untuk mengikuti SBMPTN, malamnya sangat lelah, karena menempuh perjalanan dengan berkendara motor saja. Ingin rasanya untuk tidur, beristirahat. Tapi kemudian temanku mengingatkan agar lebih baik belajar sampai ketiduran daripada tidak sama sekali. Jadilah malam itu Aku belajar hingga titik darah penghabisan (baca: tidur)
Tentu shock melihat soal-soal SBMPTN. Sempat berpikir, Aku tiga tahun kemarin belajar apa? kok baru nemu soal kayak gini. Jadilah saat itu berusaha mengais-ngais soal yang bisa dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Jrenggg!
Alhamdulillah, Aku lolos tes tahap dua PT Kedinasan itu. Sedari tahap satu, kami dimentori oleh kakak tingkat dengan soal-soal, lengkap dengan tips trik bagaimana cara lulus di PT Kedinasan tersebut. Bagaimanapun, kami berusaha melakukan yang terbaik. Tinggal satu tahap lagi. dan di sekolahku tersisa tiga orang lagi sebagai peserta tes tahap tiga. Maka ini lho! solidaritas diuji. Puluhan lembar pdf soft file kami bagi2kan saat itu bersama-sama untuk menghadapi tes tahap tiga ini.
Tes tahap tiga telah terlaksana. Tinggal menunggu pengumuman kelulusan resmi. Bissmillah..
Kebetulan, waktu itu lagi suasana puasa. Tiba-tiba, teman mengucapkan selamat sekaligus mengabari kami, bahwa kami bertiga lolos dan diterima di prioritas pertama. Alhamdulillah..
Tentu orangtuaku senang mendengarnya, karena awalnya ortuku mengira bahwa Aku yang sehari-harinya berkutat di komputer ini sulit untuk diterima di PT Kedinasan yang Aku tuju.
Sibuk mempersiapkan berkas, selang lama kemudian SBMPTN diumumkan. Semoga teman-temanku bisa diberikanNya yang terbaik lewat jalur ini. Aku sendiri saat itu menunda-nunda untuk membuka pengumuman. Karena saat itu, di grup line ada live siapa aja yang lolos SBMPTN. Denger yang lain dulu deh. Seneng banyak yang lolos. Tapi moga juga yang belum dapet rezekinya di sini, semoga Ujian Mandiri bisa mereka taklukkan.
Akhirnya kucoba buka pengumuman itu..
Dan Alhamdulillah. Tulisan Biru tebal lengkap dengan Nama dan prodi yang aku pilih. Yap! Aku diterima di pilihan ke 3 ku. Sesuai apa yang aku mimpikan saat itu.
BIMBANG!
PPNS terlebih yang berada di kampus ITS merupakan kampus impian sejak SMP. Sedari dulu Aku bercita-cita jadi bagian dari kampus ini. Entah mengapa, kala berada di lingkungannya, serasa cocok. First Impression nya ngenaaa!
Teknik Geologi UNPAD. Ini merupakan jawaban dari hasil sembahyang ku berkali-kali. Jawaban yang diberikanNya kepadaku.
Sedangkan D3 Penilai PKN STAN merupakan keinginan yang sangaattt kuat dari orangtuaku. Terlebih di sisi lain Aku juga menyadari, bahwa kakakku pun sedang kuliah kedokteran dengan biaya yang tak sedikit. Bila Aku jadi bersekolah disini, maka seenggaknya Aku bisa lebih meringankan beban orangtuaku.
Ku tanya guru-guru, keluarga, dan teman-teman. Serta tak lupa untuk kembali sembahyang meminta petunjuk. Berbagai respon Aku dapatkan dari mereka.Tapi dari itu semua, Bissmillah! Aku serahkan sepenuhnya kepada Allah. Aku yakin, Allah pasti akan memberi yang terbaik melalui restu orangtuaku.Walau terkadang sempat terpikir bahwa impianku sebagai seorang pemegang jurnal planologi akan kandas karena hal ini.
Bissmillah PKN STAN!
Allah memberi hal terbaik pada setiap makhlukNya.
Allah memberi hal terbaik pada setiap makhlukNya.
Alhamdulillah! Ternyata, jurusan yang aku tujur berkolerasi dengan impianku sejak dulu. YAP! Penilai ini dikenal dengan ‘Teknik’nya STAN! Penilai juga mem-pelajari berbagai cabang ilmu, termasuk planologi ini lho! Jadi kalau ada yang bilang, Aku sedang tersesat? maka tolong bantu jawab, Aku sedang tersesat di jalan yang seharusnya :)
Terimakasih sudah membaca Teman!
*Btw, bahasanya ga baku yaa hehe*
Terimakasih sudah membaca Teman!
*Btw, bahasanya ga baku yaa hehe*
Wah detuuuuun. Keren keren. Semangat uasnya!
BalasHapusTerimakasih Anon! Semangaaattt
HapusBikin asyik yang baca (y) Sukses a Dt!
BalasHapusBtw, yang chapter II kayanya asyik, tapi aku gak ngerti '_'v